SINOPSIS Your Honor Episode 25 PART 1
Penulis Sinopsis: Cristal
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
Keluar dari Ruang Sidang, para reporter sudah menunggu Hae Na. Salah satunya bertanya apakah perkataan Hae Na dalam sidang tadi adalah benar dan berarti selama ini Hae Na berbohong. Hae Na tidak menjawab.
“Siapa orang yang menjamin masa depan Anda?” tanya salah satu reporter. Mereka semua mendesak agar Hae Na memberikan pernyataan. “Anda sering berpesta narkoba?”
Sang Cheol memilih pergi. Staf Pengadilan berusaha membuka jalan untuk Hae Na, tapi para reporter terus mengerubunginya dan bertanya kenapa Hae Na baru melakukan ini sekarang.
“Aku lupa bahwa orang yang menjamin masa depanku bukanlah orang berkuasa, tapi penggemar yang mendukungku. Setelah mengingatnya, aku pun sadar. Maaf. Aku sungguh menyesal, hingga kehabisan kata-kata,” ucap Hae Na. Seorang reporter bertanya apakah penjamin itu seorang pria dan menanyakan hubungan mereka.
“Aku juga penggemarnya. Maaf. Aku akan mengatakan segalanya setelah penyelidikan berakhir,” kata Hae Na.
Reporter bertanya lagi apakah pria penjamin itu berasal dari kalangan selebritas. Hae Na tidak menjawab dan berjalan keluar Kantor Pengadilan.
Ketiga staf menyambut kedatangan Kang Ho di ruangannya. “Hentikan. Aku bukan memenangkan medali emas,” kata Kang Ho. Bok Soo merasa semua stresnya menghilang karena selama ini teman-temannya mengira Kang Ho memperpanjang sidang.
Bok Soo bilang teman-temannya bahkan mengejek Kang Ho dan mengira Kang Ho menggila karena terdakwanya seorang selebritas. Kang Ho tertawa.
Kepala Hakim datang dan mereka memberi salam. Kepala Hakim menepuk bahu Kang Ho, lalu masuk ke ruangan Kang Ho lebih dulu. Kang Ho menyusulnya.
Kepala Hakim bertanya apakah tadi adalah sidang terakhir yang sangat ingin Kang Ho selesaikan. Kang Ho mengiyakan. “Baiklah. Keputusanmu tepat,” kata Kepala Hakim. Kang Ho bilang itu bukan apa-apa. “Itu tepat. Tapi tetap saja, tidak mudah melakukan hal itu.”
Kang Ho bilang ia selalu mengikuti hukum dan hati nurani demi keadilan. Kepala Hakim bertanya kenapa Kang Hi bicara tentang keadilan, padahal sudah mengundurkan diri. “Mengundurkan diri?” tanya Kang Ho heran.
“Kau bisa menyerahkannya langsung padaku, tapi kau datang di Hari Minggu dan meletakkannya di mejaku,” kata Kepala Hakim. Kang Ho syok. “Aku memang terus menyuruhmu berhenti, tapi rasanya aneh usai kau melakukannya.”
Kepala Hakim bilang ia dulu yang memakaikan toga Kang Ho (maksudnya Soo Ho), tapi sekarang merasa seperti mengusirnya. “Sudah kuserahkan untuk persetujuan, jadi itu akan diproses dalam dua pekan,” lanjutnya.
“A…aku… me…mengundurkan diri?” tanya Kang Ho lagi. Kepala Hakim bilang ia akan mengambil resiko untuk menyelesaikan Sidang Dengar Pendapat untuk Kang Ho.
Kepala Hakim bilang tidak ingin mencoreng citra anggota keluarga yang akan pergi. “Aku mengerti perasaanmu. Tidak mudah berhenti menjadi hakim. Semua orang menyesalinya. Jangan menangani kasus baru dan selesaikan kasus yang sudah kau putuskan,” ujarnya.
Kepala Hakim juga menyarankan agar Kang Ho berlibur, lalu membuka Kantor Hukum saat kembali. Ia juga akan membantu Kang Ho sekuat tenaga. Ia menepuk bahu Kang Ho lagi.
Setelah Kepala Hakim pergi, Kang Ho menatap baju hakim milik Soo Ho yang selama ini ia kenakan. Ia tampak sedih.
Ia juga menyentuh berkas-berkas persidangan yang ada di mejanya. Ia lalu duduk di kursi kerjanya.
Dari tempatnya, Kang Ho bisa melihat So Eun dengan cukup jelas. Ia lalu menghampiri So Eun.
“So Eun, bisa kita bicara sebentar,” bisik Kang Ho lalu keluar dari ruangan. Ketiga staf lain terlihat heran, terutama Bok Soo.
“Mau pergi alih-alih bekerja di sini?” ajak Kang Ho dengan berbisik. So Eun bertanya ke mana mereka akan pergi. “Makan siang.”
“Baru pukul 11,” kata So Eun setelah mengecek jam di ponselnya. Kang Ho menebak So Eun pasti tidak benar membolos. “Benar.”
“Aku selalu membolos. Ayo,” kata Kang Ho sambil mendorong So Eun pergi. “Ayo!”
Kang Ho protes karena tadinya ia hendak mentraktir makan siang di tempat mewah, tapi So Eun malah memilih makan roti isi di taman. “Aku selalu ingin melakukan hal-hal seperti ini. Aku bisa mendapat cahaya matahari, memperhatikan orang-orang, dan bicara seperti memiliki banyak waktu ,” kata So Eun.
Kang Ho yang masih kecewa bilang mereka masih bisa melakukan hal itu di lain hari. So EUn bilang ia sedang sangat ingin bersantai agar bisa rileks karena selama ini ia tidak pernah sempat melakukannya.
“Kakakku adalah junior di universitas saat kejadian itu menimpanya. Aku adalah mahasiswa baru. Setelah kakakku hilang, aku mengganti jurusan dan masuk sekolah hukum. Aku ingin membuatnya disidang lagi. Aku ingin kakakku keluar dari persembunyian. Karena itulah aku tidak pernah punya waktu untuk sendiri,” kata So Eun.
So Eun bilang ia harus belajar setiap waktu. Kang Ho tertawa kecil dan bilang menjadi pembunuh sepertinya lebih mudah. So Eun setuju dan ia merasa berkat Kang Ho, hari ini sedikit berbeda.
“Tunggulah sebentar lagi. Semua akan terjadi sesuai harapanmu,” kata Kang Ho. So Eun mengangguk. “Kau akan menemukan kakakmu dan bedebah itu akan dihukum.”
Kang Ho meraih tangan So Eun. “Saat kau keluar dari penderitaan, gelang ini pun akan putus,” ujarnya. So Eun bertanya apa hal itu akan terjadi. “Pasti.”
Kang Ho bilang So Eun harus menjadi hakim yang berkuasa. “Aku juga menginginkannya,” kata So Eun.
“Saat aku menjadi hakim, Anda akan dipindahkan ke Departemen Panel Yudisial Pidana. Aku akan berusaha keras menjadi hakim pembantu di panel itu,” khayal So Eun.
“Aku yakin sekali Anda akan memberi semua pekerjaan kepadaku.”
“Aku akan bekerja lembur setiap hari. Anda akan memarahiku karena bekerja terlalu keras dan aku tidak boleh bekerja keras mengingat berapa besar gajiku.”
“Anda akan mengajakku pergi. Kita akhirnya minum semalaman.”
“Kakakku akan menelepon untuk bertanya kapan aku pulang,” lanjut So Eun masih dengan khayalannya.
Kang Ho: “Kenapa dan untuk apa kau bisa tampak sangat cantik?”
So Eun: “Jika Anda mendadak berkata demikian… Anda bisa mengatakannya sekali lagi?”
Kang Ho: “Tidak mau.”
So Eun merajuk kenapa Kang Ho tidak mau melakukannya. “Seharusnya kau dengarkan dengan baik saat aku mengatakannya tadi,” kata Kang Ho lalu berdiri. “Ayo!”
So Eun: “Baiklah. Kita harus kembali bekerja.”
Kang Ho: “Tidak, kita akan bersenang-senang.”
So Eun: “Bagaimana dengan pekerjaan?”
“Ayo bersenang-senang untuk kali terakhir,” kata Kang Ho.
Mereka lalu bermain game virtual.
So Eun ketakutan karena terjatuh dari gedung tinggi, tapi ia terlihat sangat senang. Kang Ho bahkan memeluknya untuk menenangkannya.
Kang Ho dan So Eun kembali ke kantor. Bok Soo langsung menghampiri So Eun.
“Aku tidak banyak dimarahi. Hakim merasa baik-baik saja. Aku selalu mendukung Anda, Tuan Jo. Lalu, pemberian Anda waktu itu… akan kukembalikan,” kata So Eun lalu memberikan tanda hati dengan jarinya.
“Ada rambut,” kata Bok Soo pura-pura mengambil rambut di bahu So Eun, tapi kemudian memberikan tanda hati juga dengan jarinya. “Aku juga.” Mereka berdua tertawa geli.