SINOPSIS Your Honor Episode 25 PART 3
 Penulis Sinopsis: Cristal
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
 All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
 Soo Ho meletakkan semua amplop surat yang ia ambil dari brankas di kantor sebelumnya. Ia mengambil salah satu surat dan membacanya.
  Surat pertama berasal dari Park Jae Hyung yang sangat menghormati Soo Ho karena membela keadilan di masyarakat. Jae Hyung adalah orang yang ingin membalas dendam pada Soo Ho karena memberikan vonis hukuman mati kepada kakaknya, Park Jae Ho, hingga akhirnya Jae Ho bunuh diri.
  ‘Kakak saya cacat. Dia memiliki gangguan mental. Dia lamban dan tidak bisa bertatap mata dengan orang lain, tapi dia anak baik yang menuruti semua perkataan ibu kami,’ tulis Jae Hyung.
  Suatu hari, Jae Ho membawa belanjaan dan memberitahu ibunya bahwa kulkas mereka penuh. Ibunya mengangkat tangannya dan Jae Ho mengerti bahwa ia harus meletakkannya di lantai saja.
  Jae Ho mendekati ibunya dan menunjukkan uang yang ia miliki. Ibunya tersenyum. “Ibu sakit? Ibu selalu sakit,” kata Jae Ho sambil tersenyum.
  “Apa Woo Jung memberikan makanan itu untukmu?” tanya ibunya. Jae Ho tertawa malu-malu. “Ibu harus mati agar kalian bisa hidup. Bagaimana dengan sekolah?” Jae Ho bilang gurunya baik dan ia belajar keterampilan, bahkan gurunya bilang ia berbakat. Mereka berdua tersenyum bahagia.
  Ibu mengeluarkan uang dari balik selimut dan memberikannya ke tangan Jae Ho. “Ibu, aku tidak butuh uang,” kata Jae Ho sambil menarik tangannya dan menunjukkan uangnya sendiri. “Ibu pergilah ke rumah sakit. Ibu belilah obat.”
  Ibu meraih tangan Jae Ho lagi dan memintanya hidup bahagia bersama adiknya dan Woo Jung. “Ibu bagaimana?” tanya Jae Ho. Ibu bilang ia terlalu lelah dan mau tidur. Ia juga meminta Jae Ho tidak membangunkannya saat sedang tidur dan menyuruhnya pergi ke sekolah.
  Jae Ho mengangguk dan ibu menyentuh wajahnya dengan penuh kasih sayang. “Ibu.. kedinginan. Selimuti ibu,” kata ibunya. Jae Ho lalu menyelimuti tubuh ibunya. “Kau juga harus menyelimuti wajah ibu. Karena ibu kedinginan, pastikan kau menekan selimutnya.”
  “Seperti ini?” tanya Jae Ho sambil menutupi wajah ibunya dengan selimut. “Ibu kedinginan. Dia kedinginan. Dingin. Dia kedinginan. Biarkan lebih lama lagi? Sampai kapan?” Ibu tidak menjawab. “Ibu tidak kedinginan lagi? Ibu kedinginan?”
  Karena ibunya tidak menjawab, Jae Ho membuka selimutnya. “Ibu? Ibu tidur? Ibu tidur?” panggilnya. Ibu tidak menjawab.
  Sesuai perintah ibunya, Jae Ho tidak membangunkan ibunya, lalu pergi ke sekolah. Jae Ho sama seklai tidak menyadari perbuatannya itu.
  Soo Ho tampak merasa bersalah. Ia membuka surat selanjutnya.
  ‘Nama Saya Bang Woo Jung. Saya bertunangan untuk menikah dengan terdakwa Park Jae Ho. Tunangan saya didakwa melakukan kejahatan berat, pembunuhan ibu,’ tulis Woo Jung.
  Sebagai jaksa atas kasus Jae Ho, Jung Soo menanyakan kebenaran pernyataan Jae Ho. Ia bertanya kenapa Jae Ho membunuh ibunya. “Apa?” tanya Jae Ho tidak mengerti. Jung Soo mengulangi pertanyaannya.
  Jae Ho: “Karena uang. Biaya rumah sakit ibu. Di bawah selimut ibuku. Aku melakukannya karena uang.”
  Jung Soo: “Bagus. Mulai sekarang, kapan pun seseorang menanyaimu itu, jawablah seperti itu. Jika kau menjawab seperti itu, hakim akan memulangkanmu. Mengerti?”
  Jae Ho: “Ya.”
  Jung Soo mengatakan bahwa hakim paling tidak suka jika orang mengubah pernyataannya””Kalau kau mengubahnya, kau tidak bisa pulang,” lanjutnya. Jae Ho mengangguk mengerti.
  Joo Eun menyiarkan bahwa menurut Kejaksaan, Jae Ho membunuh ibunya setelah perdebatan panas saat ibunya tidak memberikan uang. “Jumlahnya hanya 200 dolar,” kata Joo Eun prihatin.
  Saat sidang berlangsung, Jung Soo mengatakan bahwa Jae Ho sudah lelah mengurus ibunya, Lee Yong Son, yang sakit. Ia juga berbohong bahwa Jae Ho berharap ibunya cepat mati.
  Woo Jung dan Jae Hyung yang menghadiri persidangan tampak heran dengan perkataan Jung Soo itu. Jung Soo juga berkata, “Dia memberikan makanan basi untuk ibunya yang sulit berjalan. Dia berusaha memperparah kondisinya, tapi saat tidak berhasil, akhirnya dia membunuh ibunya.”
  Pengacara mengatakan bahwa Jae Ho bukanlah pembunuh yang tidak tahu malu. Ia mengatakan kalau semua hal yang dikatakan oleh media tidaklah benar.
  “Jaga perkataan Anda. Opini publik tidak berlaku di pengadilan,” kata Soo Ho dengan dingin. Pengacara mengingatkan bahwa Jae Ho menderita gangguan mental dan tidak berniat membunuh ibunya. Ia meminta izin untuk memberikan laporan kesehatan dari psikiater.
  “Terdakwa mempelajari sebuah keterampilan di sekolah kejuruan. Dia seorang teknisi bersertifikat tingkat tiga. Argumen yang menyatakan terdakwa menderita gangguan mental tidak diizinkan oleh Kejaksaan,” kata Jung Soo memotong ucapan pengacara.
  Woo Jung sangat sedih dan mengkhawatirkan nasib tunangannya. Soo Ho bertanya pada Jae Ho apakah pernyataan Jae Ho di salinan dakwaan semuanya benar. “Apakah ada perbedaan?” tanya Soo Ho.
  “Apa?” tanya Jae Ho lalu menatap Jung Soo. “Tidak.” Pengacara terduduk lemasdan Woo Jung sangat terpukul. Soo Ho mempersilakan Kejaksaa memberikan permohonannya.
  “Kejaksaan memohon hukuman maksimal, hukuman mati,” kata Jung Soo. Woo Jung menangis tersedu.
  Dalam suratnya, Woo Jung meminta Soo Ho menunjukkan belas kasihan kepada Jae Ho.
  Soo Ho sepertinya sudah menyesali perbuatannya. Ia lalu mengingat pertemuannya dengan Tuan Oh.
  “Jadi, Anda akan memanfaatkan kasusku untuk menutupi kasus narkoba anak-anak politisi dan CEO?” tanya Soo Ho pada Tuan Oh.
  “Ada sesuatu dengan sidang ini. Mereka membesar-besarkannya untuk menutupi sesuatu,” kata Joo Eun curiga. Soo Ho bilang hakim tidak tahu hal-hal semacam itu.
  Tuan Oh bilang ia tidak berusaha mempengaruhi putusan Soo Ho, tapi ia hanya meminta Soo Ho mempercepat persidangan agar tidak kehilangan momentumnya.
  So Ho sungguh menyesal. Apa dia bertekad memperbaikinya???