SINOPSIS Your Honor Episode 26 PART 1
Penulis Sinopsis: Cristal
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
Baca Juga
Di area parkir apartemen, Jae Hyung memperhatikan Kang Ho yang sedang berada di dalam mobil bersama Tuan Choi dari Grup Hanyoung.
Kang Ho tertawa senang karena mendapat uang satu juta dollar. Ia bingung akan digunakan untuk apa uangnya itu. “Pakailah sesukamu,” kata Tuan Choi. Kang Ho bertanya apakah ia boleh berfoya-foya. “Uang ini tidak banyak jika kau memikirkan masa depan.” Kang Ho memutuskan ia akan berfiya-foya.
Kang Ho melemparkan uang gepokan itu satu per satu itu sambil berkata, “Pertama, aku akan membeli baju dan sepatu baru. Lalu, aku akan membeli mobil import. Aku akan berlibur ke luar negeri. Habiskan uang untuk hiburan!”
Senyum Tuan Choi menghilang karena heran dengan sikap Kang Ho. “Tidak. Sebaiknya aku membeli tanah. Aku akan mencari informasi tentang lokasi yang akan dibangun, dan membeli tanah. Sudah habis,” lanjut Kang Ho setelah mengosongkan kopernya.
“Satu juta dollar tidak begitu banyak. Ini sedikit,” kata Kang Ho dengan nada kecewa. Tuan Choi bertanya apakah ia melakukan sesuatu yang menyinggung Kang Ho. “Tidak. Aku suka keyakinan Anda bahwa uang mengalahkan semuanya. Itu sangat jujur. Kata orang, menyukai uang itu hina, tapi aku tidak setuju.”
Tuan Choi: “Lantas, kenapa kau…?”
Kang Ho: “Tidak ada alasan. Aku tidak menyukai kalian.”
Tuan Choi: “Jika kau mengatakan kesalahanku, akan kuluruskan kesalahpahamannya.”
Kang Ho bilang ia menyukai seorang. Ia bertanya apakah Tuan Choi mencintai seseorang. “Aku sudah menikah. Jadi, keluargalah yang paling kucintai,” kata Tuan Choi. Kang Ho melarang Tuan Choi mencintai siapapun, bahkan keluarganya.
“Penjahat tidak berhak mencintai siapapun,” kata Kang Ho lalu membuang kopernya ke dalam koper, lalu keluar dari mobil.
“Yang Mulia,” panggil Tuan Choi tapi Kang Ho tetap pergi. “Apa yang terjadi?” gumam Tuan Choi heran.
Sambil menunggu pintu lift terbuka, Kang Ho melihat foto-fotonya bersama Soo Eun. Ia tersenyum. Tiba-tiba, Jae Hyung datang menghampirinya.
Kang Ho bertanya apakah Jae Hyung datang untuk menculiknya lagi. “Ya,” jawab Jae Hyung. Kang Ho ingin memberitahu bahwa Jae Hyung salah orang, tapi Woo Jung datang dan memukul kepalanya dari belakang. Kang Ho ambruk dan Woo Jung ingin memukulnya lagi, tapi Jae Hyung melarangnya.
“Kembarannya pasti berada di dekat sini,” kata Jae Hyung. Woo Jung bilang ia sudah memeriksa di sekitar sana selama berjam-jam, tapi tidak melihat si kembaran. Jae Hyung lalu menyeret Kang Ho pergi.
Mereka membawa Kang Ho ke sebuah gudang tidak terpakai. “Astaga,” erang Kang Ho setelah sadar. Woo Jung dan Jae Hyung ada di sana sedang memperhatikannya. “Astaga, ini bidang keahlianku.” Jae Hyung menariknya, hingga posisi bersimpuh.
“Bagaimana rasanya menunggu keputusan setelah duduk di bangku itu?” tanya Woo Jung. Kang Ho bilang seharusnya mereka berkenalan dulu. “Itulah dirimu. Betapa pun aku menangis dan menjerit, kau tetap tidak mengenalku. Aku Bang Woo Jung, tunangan Park Jae Ho.”
“Senang bertemu denganmu, Nona Bang. Aku adiknya Han Soo Ho. Namaku Han Kang Ho,” sapa Kang Ho. Woo Jung terkejut. “Kau mungkin tidak tahu bahwa kami kembar, ya?” Jae Hyung juga terkejut. “Kakakku seorang hakim. Aku hanya orang biasa.”
Jae Hyung menendangnya. Ia bilang ia sudah tahu kalau mereka kembar dan dia sudah mengikuti Kang Ho dari gedung Pengadilan. “Sial. Apa setiap orang yang datang ke sana adalah hakim?” kata Kang Ho. Jae Hyung menarik dan menghajarnya lagi. “Sial..!”
“Kau benar-benar ingin hidup?” tanya Jae Hyung. Kang Ho berteriak kesal. “Tugasku sudah selesai,” kata Jae Hyung pada Woo Jung, lalu berjalan pergi.
Woo Jung mengeluarkan sebuah pisau lipat. Kang Ho melihatnya dan mundur ketakutan. Woo Jung mendekat. “Bukan aku,” kata Kang Ho.
“Minta maaflah kepada Jae Ho. MIntalah maaf kepadanya… dan mati,” kata Woo Jung. Kang Ho bilang itu ulah kakaknya. “Semua orang di dunia ini mengatakan Jae Ho harus mati, tapi kau seorang hakim, jadi tidak seharusnya mengatakan hal yang sama. Kau adalah hukum. Kau seharusnya tidak bergabung dengan mereka.”
Jae Hyung mendapat telepon, tapi ia menolaknya. Nomor yang sama kemudian mengirimkan pesan padanya.
“Aku Han Kang Ho, bukan Han Soo Ho!” kata Kang Ho. Woo Jung mengangkat pisaunya untuk menusuk Kang Ho.
“Tunggu!” kata Jae Hyung, lalu menunjukkan ponselnya yang berdering. Ia menjawab telepon itu. “Halo? Siapa ini?”
“Aku Hakim Han Soo Ho dari Departemen PIdana Individu. Pengadilan Seoul Pusat. Mari bertemu. Bawa Nona Bang Woo Jung juga. Kau bisa menentukan waktu dan lokasinya,” kata Soo Ho.
Jae Hyung menatap Woo Jung yang masih bersiaga dengan pisaunya. “Aku akan menelepon balik. Tunggu saja,” kata Jae Hyung lalu menutup teleponnya. Woo Jung bertanya siapa yang menelepon.
“Hakim Han Soo Ho,” kata Jae Hyung. Woo Jung terkejut dan menatap Kang Ho. Ia bertanya apa yang akan Jae Hyung lakukan. “Aku akan menemui dan membawanya kemari. Entah kita akan membunuh salah satu atau keduanya.”
Jae Hyung menelepon Soo Ho sambil berjalan ke luar gudang. “Lihat?” kata Kang Ho. Woo Jung melepaskan Kang Ho dengan kasar. Ia lalu berjalan mondar-mandir dengan gelisah. “Aku mendengar tentang kasusmu. Apa kau akan membunuh Soo Ho? Apa tindakanmu setelah membunuhnya?” Woo Jung tidak menjawab.
“Bagaimana denganku?! Baiklah, kau bisa membunuh Soo Ho, tapi aku warga tidak bersalah. Iya, kan? Aku hanya…” Woo Jung mengambil lakban. “Hei! JIka melakukan itu, akhirnya kau akan…”
Kang Ho tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Woo Jung sudah memplester mulutnya. Ia meronta, tapi Woo Jung tidak mempedulikannya.
So Eun menghubungi Kang Ho.
Ponsel Kang Ho yang disimpan di kantong celana bergetar. Kang Ho meronta lagi dan berusaha bicara.
Karena teleponnya tidak diangkat, So Eun mengirimkan pesan. ‘Hakim Han, Anda sedang apa?’ ketiknya.
Karena kesal dengan kelakuan Kang Ho, Woo Jung mengambil tongkat besi dan akan mengayukannya ke arah Kang Ho. Kang Ho terkejut dan akhirnya berhenti meronta. Woo Jung membuang tongkat besi itu. Kang Ho menarik napas lega.
Saat Woo Jung berpaling, Kang Ho berusaha membuka ikatan di tangannya.
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil berjalan menuju sebuah gudang terpencil.
Jae Hyung membawa Soo Ho yang tangannya sudah diikat ke hadapan Woo Jung. Melihat Soo Ho datang, Kang Ho berusaha mengatakan sesuatu dari balik lakban di mulutnya.
Woo Jung memperhatikan dua pria dengan wajah yang sama itu. Ia lalu membuka lakban di mulut Kang Ho dengan kasar. “Ah, sial!” erang Kang Ho. “Baiklah! Kalian benar kali ini! Itu Han Soo Ho! Tanya dia benar atau salah!”
Soo Ho meminta Jae Hyung melepaskan ikatannya dan mengajaknya bicara. Jae Hyung bilang ia tidak membawa Soo Ho ke sana untuk bicara. Ia bertanya yang mana Han Soo Ho yang sebenarnya. “Aku Han Soo Ho,” kata Soo Ho.
Kang Ho: “Benar! Hakim tidak boleh berbohong!”
Soo Ho: “JIka kau ingin memastikannya, lepaskan bajunya. Periksa lengan kanannya.”
Woo Jung menyobek pakaian Kang Ho. “Hakim tidak boleh memiliki tato,” kata Soo Ho. Woo Jung mundur karena terkejut. Ia bilang sekarang mereka harus membunuh Soo Ho, lalu memikirkan langkah selanjutnya.
Jae Hyung menendang kaki Soo Ho dari belakang hinggu bersimpuh. Woo Jung menarik kepalanya dan mengarahkan pisau kepadanya. “Minta maaflah pada Jae Ho lebih dahulu. Kau harus mati lebih dulu untuk meminta maaf,” kata Woo Jung.
Soo ho bilang Jae Ho membunuh ibunya sendiri adalah sebuah fakta. Woo Jung memukul wajah Soo Ho, lalu menarik kerahnya. “Mengesampingkan disabilitas dan motifnya, tidak mengubah fakta bahwa dia membunuh orang. Aku membuat putusan berdasarkan fakta itu,” kata Soo Ho.
“Itu bohong!” kata Woo Jung. Soo Ho bilang motif yang dibicarakan media bukanlah masalahnya dan ia hanya mengikuti Undang-Undang.
Jae Hyung marah dan menendangnya. Ia lalu menariknya, “Kau tahu kakakku?! Kau tahu?! Apa yang kau tahu?!” kata Jae Hyung lalu menghajar wajah Soo Ho. “Beraninya kau mewakili hukum?! Bagaimana bisa?!” Jae Hyung terus menghajar Kang Ho.
“Hei…!” teriak Kang Ho dan semua orang melihatnya. “Lepaskan aku! Aku tidak terlibat dalam kasus ini!” Woo Jung heran karena Kang Ho bisa bicara begitu padahal sauadaranya akan mati. “Aku tidak akan mengalami ini jika tidak punya saudara! Beritahu aku jika itu sulit! Aku akan membantumu!”
“Tutup mulutmu atau kau yang pertama kubunuh,” ancam Woo Jung.yo-