SINOPSIS Your Honor Episode 29 PART 3
Penulis Sinopsis: Cristal
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
“Saat kau mengikuti pelatihan di Kejaksaan, kau menggugat dia atas pelecehan seksual. Kau meminta Kepala Jaksa untuk mendisiplinkan dia,” kata jaksa itu memastikan. So Eun mengiyakan. “Lantas kenapa kau menarik keluhanmu dan minta maaf kepadanya?”
So Eun bilang hari itu Jung Soo mengajaknya ke bar setelah mereka selesai bekerja dan memaksanya minum. “Katanya kesempatanku dipekerjakan di Kejaksaan bergantung pada lembar evaluasi yang dia isi. Saat menekanku, dia melecehkanku secara seksual,” kata So Eun.
Saat itu, Jung Soo menyentuh paha So Eun dengan paksa. So Eun berusaha menjauh, tapi Jung Soo malah menariknya.
“Kau mau tidur denganku?” bisik Jung Soo saat itu. So Eun berhasil melepaskan dirinya dan mengambil ponselnya untuk merekam.
So Eun: “Ini kurekam. Anda bisa mengulangi perkataan tadi?”
Jung Soo: “Kurasa kau mabuk. Pulang dan beristirahatlah. Kita tidak bisa memaksa bawahan untuk minum belakangan ini.”
“Tapi dia berusaha mengubah keadaan agar menguntungkannya. Dia hendak menggunakan rekaman itu sebagai bukti, jadi aku menarik keluhanku,” jelas So Eun.
Jaksa bilang rekaman percakapan tidak akan membantu dalam kasus So Eun, bahkan hanya akan menjadi kelemahannya. Ia mengingatkan bahwa ini kali kedua So Eun mengajukan keluhan dan tidak ada bukti atau saksi.
“Kenapa kau terus menyiksa Jaksa Hong?” tanya jaksa itu. So Eun balik bertanya kenapa jaksa itu malah menyiksanya. Jung Soo bilang membicarakan masa lalu menyegarkan ingatannya.
“Saat menjalani pelatihan, dia tidak kompeten. Aku hanya menyuruhnya melakukan tugas-tugas kasar. Aku memberikan nilai terendah untuk evaluasinya. Dia pasti menyimpan dendam kepadaku,” kata Jung Soo. Jaksa itu mempercayainya.
So Eun: “Itu tidak benar.”
Jaksa: “Tentu saja benar. Saat kau bekerja sebagai jaksa magang, jaksa instruksimu memberikan nilai rendah. Kau memfitnahnya atas pelecahan untuk membalas dendam. Pasti begitu. Kau mengakuinya?”
So Eun: “Tidak.”
Jaksa menyimpulkan bahwa mereka harus menyidangkan kasus tersebut. Ia lalu bertanya dengan sopan pada Jung Soo apakah ada yang ingin dikatakan lagi.
“Aku ragu dia akan terpilih sebagai peneliti di pengadilan. Tapi meski terpilih, dia akan dikeluarkan setelah digugat. Aku akan berbelaskasihan, jika dia mengucapkan lima kata. Aku akan memikirkan soal mengampuninya atau tidak,” kata Jung Soo. Jaksa bertanya apa yang dimaksud dengan ‘lima kata’ itu.
“Tolong kasihani dan selamatkan aku,” kata Jung Soo. Jaksa bertanya apakah Jung Soo tidak akan menggugat jika So Eun meminta maaf. So Eun memalingkan wajahnya dari Jung Soo.
Jaksa bilang So Eun harus berlutut dan meminta maaf kepada Jung Soo. Ia bilang jika tidak melakukannya, So Eun bisa menjadi pengangguran setelah lulus nanti, padahal So Eun harus mencari nafkah.
“Aku… hanya mengatakan kebenaran. Menurut praduga tidak bersalah, dakwaan tidak akan menjadi alasan untuk diskualifikasi. Tidak usah sok peduli tentang masa depanku,” kata So Eun yang tidak mau menyerah.
Jung Soo: “Kau menantang seorang jaksa?!”
So Eun: “Semua orang hanya menantang Sang Juara. Apakah jaksa itu juara di masyarakat kita?”
Jung Soo: “Kau sungguh tidak mempedulikan masa depanmu, ya? Siapa yang mendukungmu?”
“Hukum,” kata So Eun tanpa ragu.
Kang Ho memalingkan wajahnya saat melihat So Eun berjalan keluar dari Kantor Kejaksaan sambil kedinginan. Ia tidak mau So Eun melihatnya.
Di hari berbeda, So Eun menemui Ha Yeon di bar. Ia menanyakan maksud Ha Yeon yang mengacungkan jempol padanya saat ia melawan Jung Soo yang melecehkannya. Tapi, Ha Yeon bilang ia tidak tahu apa-apa.
“Sebagai orang wanita, aku memahami posisimu. Tapi aku tetap tidak tahu. Aku bisa saja melihatnya atau tidak melihatnya, tapi aku tidak tahu apakah itu memang pelecehan seksual,” kata Ha Yeon.
So Eun: “Jadi, Anda melihatnya.”
Ha Yeon: “Kau punya pacar? Aku kenal seseorang. Kau mungkin akan tertarik. Dia seorang pebisnis. Kau mau menemuinya?”
So Eun: “Hidupku bergantung pada hal ini.”
Ha Yeon bertanya apakah So Eun mau mendengar saran darinya. “Jangan menggantungkan hidupmu pada apapun. Hidupmu akan terasa lebih berat,” lanjutnya.
Kang Ho menunggu Bok Soo di sebuah restoran. Mereka lalu duduk bersama.
Kang Ho memberitahu bahwa belum lama ini So Eun diinspeksi oleh Polisi. Bok Soo terkejut. Kang Ho memintanya merahasikan hal itu. Bok Soo bertanya apa yang terjadi. Karena So Eun bukan tipe orang yang akan diinspeksi oleh Polisi.
Kang Ho meminta Bok Soo mencari tahu bagaimana hal itu terjadi, apa yang akan terjadi, dan bagaimana ia bisa membantu. Bok Soo bilang itu bukanlah hal sulit, tapi Kang Ho sampai memanggilnya.
Bok Soo: “Apa Anda sudah kehilangan koneksi?”
Kang Ho: “Apa maksudmu? Aku hidup dari koneksiku.”
Bok Soo bilang ia sudah dengar kalau Kang Ho sedang mencari posisi sebagai dosen di sekolah hukum, tapi semua sekolah menolaknya. Kang Ho terkejut karena Soo Ho kesulitan mencari pekerjaan baru.
“Lee Ho Sung belum jera setelah dia dilaporkan. Jika Anda menjadi dosen, dia akan mengancam sekolah itu untuk mengakhiri bantuan beasiswa. Sekolah tidak seharusnya berjalan seperti itu. Mereka dibutakan oleh bantuan korporasi,” bisik Bok Soo.
Kang Ho sepertinya merasa bersalah pada Soo Ho. “Cerialah. Anda bukan seorang pengacara dan berusaha menjadi dosen adalah fakta mengejutkan. Tapi Anda selalu bisa mengatasi situasi seperti ini dengan baik,” kata Bok Soo. Kang Ho mengangguk padahal tidak yakin.
Bok Soo meminta Kang Ho tidak cemas karena So Eun sudah mendaftar sebagai peneliti sidang. Ia bilang sulit untuk mendapatkan posisi itu, tapi jika So Eun berhasil, maka tidak ada yang bisa menindasnya.
“Ya, dia harus mendapatkannya,” kata Kang Ho. Bok Soo yakin So Eun akan mendapatkan posisi itu. Ia menasehati agar Kang Ho pun harus bertahan dan menjalani hidupnya sendiri.
“Mari makan,“ ajak Bok Soo sambil mengajak Kang Ho tos.
So Eun membuang semua minuman yang ada di kulkasnya.
Kang Ho yang pulang ke Restoran Yoksoodang menuangkan minuman favorit So Eun itu ke dalam gelas. Ia akan meminumnya, tapi memlih untuk menyingkirkannya dari meja.
So Eun sibuk belajar tentang hukum.
Kang Ho juga sibuk belajar tentang memasak.
Sang Cheol menemui ayahnya yang memakai pakaian narapidana dan menanyakan kabarnya. Tuan Oh malah menanyakan tentang perusahaan. “Masih sedikit goyah,” kata Sang Cheol.
Tuan Oh bilang ia diminta menyerahkan saham perusahaan dan menjauh dari posisi itu. Sang Cheol menebak hal itu tidak akan berlangsung lama. “Kenapa kau tidak memintanya?” tanya Tuan Oh. Sang Cheol bertanya apa maksudnya. “Saham perusahaan. Kau yang mengendalikan sekarang. Seharusnya kau meminta saham.”
Sang Cheol: “Jika kuminta, akankah ayah memberikannya?”
Tuan Oh: “Jika ayah berikan, kau sudah cukup bersiap?”
Sang Cheol: “JIka sudah siap, ayah akan memberikannya kepadaku?”
Tuan Oh bertanya apakah Sang Cheol yang membuatnya seperti itu. Sang Cheol menghindari tatapan ayahnya. “Jika bukan kau, tidak aka nada yang melaporkan soal penghindaran pajak,” lanjutnya.
“Jika kubilang bukan, ayah akan mempercayaiku?” tanya Sang Cheol. Tuan Oh tidak menjawab. “Ayah tidak akan mempercayaiku. Ayah memang tidak pernah… mempercayaiku.”
Tuan Oh menyimpulkan kalau Sang Cheol memang pelakunya. “Jika kau menyingkirkan ayah, pikirmu kau bisa mengambil alih perusahaan?” tanyanya.
Sang Cheol: “Ya.”
Tuan Oh: “Kau benar-benar melakukannya?”
Sang Cheol: “Ya.”
“Ayah membesarkanmu dan menganggapmu putra ayah, tapi kau cuma sampah,” kata Tuan Oh kecewa. Sang Cheol juga tampak terluka.
Sang Cheol: “Pernahkah ayah memuji diriku? Pernahkah ayah memujiku dan memperlakukanku seperti putra ayah? Tidak pernah. Apa lagi yang harus kulakukan?”
Tuan Oh: “Karena itulah, seharusnya kau berusaha lebih keras.”
“Ya… ya….” Sang Cheol menangis. “Maaf karena tidak sesuai dengan standar ayah,” kata Sang Cheol.
“Kapan kau akan dewasa?” tanya Tuan Oh lalu meninggalkan Sang Cheol.