Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 10 - 2

Download Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 10 - 2 Now!

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 10 - 2


Kade sedih mendengar ucapan Prik itu. Saat dia hendak masuk kamar tak lama kemudian, tiba-tiba dia mendengar suara tangisan gaib lagi disertai dengan hembusan angin kencang.

"Karakade? Apa itu kau? Kau belum bereinkarnasi?"

Angin aneh itu mendadak berhembus makin kencang, tapi Karakade tetap tidak kelihatan di mana-mana. Kade bingung kenapa Karakade menangis, bukankah dia sudah mempersembahkan banyak derma untuk Kade?

"Katakan padaku. Apa yang bisa kubantu?... Kau mengerti, kan? Katakan padaku, Karakade."


"Kadesurang!" Karakade mendadak muncul di samping Kade. Kade mendengarnya, tapi tetap tidak bisa melihatnya. "Apa kau akan menikah dengan Khun P'Date?"

"Iya. Aku harus menikah. Segera."

Karakade sontak menangis lagi mendengar pengakuannya itu. Kade bingung, apa ada sesuatu yang harus dia lakukan di dalam diri Karakade?

"Apa kau mencintai Khun P'Date? Ya atau tidak?" Tuntut Karakade.

Tak enak pada Karakade, Kadesurang berbohong menyangkalnya. Tapi Karakade tak percaya, manusia tidak akan bisa berbohong pada arwah.

"Kau mencintainya dan ingin menikah dengannya walaupun dia milikku! Dia bukan milikmu! Apa yang harus kulakukan? Aku merindukan Khun P'. Aku ingin kembali ke Khun P'."

 

Kade bingung harus bagaimana. Tapi tiba-tiba saja suara Karakade tak terdengar lagi dan Por Date muncul di sana. "Mae Karakade, kau bicara dengan siapa?"

Kade jadi tegang melihatnya. "Apa yang kau dengar, Khun P?"

Por Date sontak mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu, tapi tak melihat siapapun selain Kade. "Aku tidak mendengar suara orang lain, aku hanya mendengar suaramu."

"Apa yang kau dengar?"

"Aku dengar... kau harus melakukan sesuatu di dalam diri seseorang."

"Siapa?"

"Itu sesuatu yang harus kau jawab sendiri. Jawab aku, Mae Karakade... atau kau ingin aku memanggilmu bagaimana?"


Tapi Kade meminta maaf, dia tidak punya jawaban untuknya sekarang. Suatu hari nanti, Por Date pasti akan mengetahui segalanya. Kade janji tidak akan menyembunyikan apapun lagi. Tapi saat ini, dia tidak siap memberitahu siapapun.

Por Date cukup kecewa mendengarnya. "Kau tidak mempercayaiku sebanyak aku mempercayaimu?"

Por Date semakin mendekatinya. Tapi tiba-tiba saja tempat lilin terdekat, mendadak terjatuh tanpa sebab. Kade buru-buru meletakkannya kembali ke meja lalu pergi menghindari Por Date.


Termenung memikirkan tangisan Karakade tadi, Kade berjanji bahwa dia tidak akan menyakiti Karakade. Yam yang menemaninya di belakang, cemas melihat nonanya seperti itu. Juang penasaran Nonanya Yam itu kenapa, tapi Yam juga tidak tahu.

Por Date keluar tak lama kemudian dan langsung membubarkan kedua pelayan itu. Kenapa Kade duduk di sini? Siapa yang dia pikirkan?

Kade diam saja. Maka Por Date pun tanya lagi, apa dia memikirkan Reung?

Tapi Kade cuma menatapnya dalam diam sampai Por Date gregetan melihat reaksinya. Apa Kade sedang memikirkan Reung? Apa sesulit itu untuk menjawab?

"Sulit."

"Kalau begitu, jangan dijawab."

Tapi saat Por Date berbalik mau pergi, Kade sontak berbohong mengiyakannya. Por Date patah hati mendengarnya. Tapi dia tidak mengatakan apapun dan langsung pergi.


Reung baru tiba di rumah Janward dan melihat para prajurit istana masih mondar-mandir menyita berbagai harta benda keluarga mereka. Janward dan ibunya sendiri tengah membagi-bagikan uang pesangon pada para pelayan mereka.

Janward menjelaskan pada para pelayan bahwa mereka sekarang sudah tidak sanggup lagi menggaji mereka karena semua harta benda mereka harus dikembalikan pada Raja.

Uang pesangon itu bisa mereka gunakan untuk memulai hidup baru. Para pelayan sontak menangis lalu bersujud pada kedua majikan mereka. Saat itulah Janward akhirnya melihat kedatangan Reung.


"Mae Ying, kulihat kau sangat kuat. Aku sangat kagum kau bisa melewati duka ini."

"Kau baik sekali." Janward berterima kasih.

Reung sungguh-sungguh ingin membantunya. Karena itulah, dia berharap Janward mau mengatakan apapun kesulitan yang dia miliki. Tapi sebelum dia pergi, Reung tanya apakah Janward keberatan kalau dia datang mengunjungi Janward.

"Aku tidak berani menyusahkanmu. Aku putri orang yang dicap melakukan korupsi."

"Ayahmu adalah orang yang telah melakukan banyak hal demi negeri ini. Baik dalam perang maupun dalam perdagangan. Aku tak percaya bahwa Thun terlibat dalam korupsi. Salahnya hanya mempercayai orang yang salah."

Tapi Janward tak percaya kalau ini salahnya Phaulkon. Karena ayahnya sendiri yang bilang padanya bahwa Phaulkon itu orang baik.

Reung yakin kalau Phaulkon itu pengadunya. Tapi Janward tetap keukeuh mempercayai penilaian dan kepercayaan ayahnya terhadap Phaulkon.


Maria sedang menyusui bayinya saat Phaulkon datang sambil teriak-teriak. Maria mengingatkannya untuk tidak marah di sini karena bayi mereka sedang tidur, tapi Phaulkon masa bodo. Dia kan pemilik rumah ini.

"Tapi akulah pemilik kamar ini!"

Tapi saat Phaulkon hendak berbalik pergi, Maria tiba-tiba melabraknya dan menuduhnya sebagai penyebab kematian Khun Lek.

Phaulkon tidak terima tuduhannya. Kalau istrinya sendiri menuduhnya, maka semua orang di negeri ini pasti akan menuduhnya juga.

"Kau jauh lebih licik daripada yang kukira. Bahkan orang yang berjasa memberimu pekerjaan, mempercayaimu, mempromosikanmu, dan menyemangatimu dalam segala hal, kau tega menghabisi nyawanya. Kalau istri dan anakmu menghalangi keberuntunganmu, kau pasti akan mengambil nyawa kami..."

"Cukup!" Phaulkon ngotot membela diri dan menyangkal dirinya sebagai penyebab kematian Khun Lek. Tapi tentu saja Maria tak percaya dan langsung membawa putra mereka pergi.


Perwakilan perusahaan dagang Hindia Timur Britania ngotot minta bertemu Raja Narai besok. Phaulkon santai saja mengiyakannya.

Tapi saat dia menghadap Raja, dia mengklaim kalau para perwakilan perusahaan itu minta bertemu Raja cuma untuk membahas masalah tidak penting. Raja mempercayai omongannya begitu saja dan memutuskan menolak bertemu.

Pihak perwakilan perusahaan itu jelas marah saat Phaulkon mengabarkan penolakan Raja dan Phaulkon dengan santainya mengklaim kalau dia tidak tahu apa alasan Raja menolaknya.

"Akan kulaporkan masalah ini pada perusahaan. Lihat saja nanti!" Ancam orang itu. Dia bahkan menolak jabat tangan Phaulkon lalu pergi dengan kesal. Mata-matanya Reung menyaksikan semua ini lalu buru-buru pergi ke rumah Por Date untuk melapor.


Reung sontak kesal mendengar informasi dari si mata-mata. Kenapa juga mereka minta bertemu Raja, itu kan cuma kebakaran. Luang Sorasuk menduga kalau orang-orang itu pasti curiga kalau kebakaran itu bukan kecelakaan, melainkan karena disengaja.

Por Date merasa aneh karena Raja menolak bertemu mereka. Biasanya kan Raja memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan perdagangan.

Luang Sorasuk bisa menebaknya dengan mudah, karena apa lagi kalau bukan karena hasutan Phaulkon. Raja kan sangat mempercayainya. Dengan begitu, Raja takkan pernah tahu penipuan yang terjadi di perusahaan itu.


Kade melihat ketiga pria itu dari kejauhan dan seperti biasanya, dia kepo banget ingin tahu pembicaraan mereka, tapi jaraknya terlalu jauh dan tidak bisa mendengar apapun.

Akhirnya dia mengalihkan perhatiannya ke Ayah untuk mendapat ilmu pengetahuan seputar perdagangan di Ayutthaya. Khun Ying hampir saja memprotesnya, tapi Ayah dengan senang hati menyuruh Kade untuk menanyakan apapun yang ingin ditanyakannya.

Kade ingin tahu tentang perdagangan di Ayutthaya. "Ayutthaya berdagang dengan banyak negara, bukan? Saya ingin tahu apa yang mereka perdagangkan?"

"Perdagangan di Ayutthaya sangat penting. Seperti yang kau lihat, ada banyak kapal dan perdagangan di pelabuhan."

"Ya, saya melihatnya. Barang apa yang mereka jual paling banyak?"

"Kulit binatang."

"Kulit binatang ada banyak? Dari mana mereka mendapatkannya?"

Khun Ying gregetan mendengarnya. "Kenapa kau tanya? Tentu saja dari hutan."

Mendengar itu, Mood Kade mendadak sendu. "Di sini ada banyak hutan. Tidak seperti..."

Jelas saja ucapannya itu langsung membuat Ayah penasaran. Males mendengar ocehan gaje Kade lagi, Khun Ying memutuskan pergi dari sana. Ayah penasaran maksud ucapan kade tadi. Apakah di tempat asalnya Kade, tidak punya hutan?

"Dulu ada. Tapi sekarang hampir rusak sepenuhnya dan babati oleh orang-orang yang tamak dan egois." Jawab Kade.


"Aku pernah dengar bahwa ada orang-orang di Muang Songkrae yang merusak hutan. Di hutan ada pepohonan, binatang, dan sungai. Kenapa ada orang-orang di Songkrae yang ingin menghancurkannya?"

Kade sulit menjawabnya. Mmebicarakan masalah ini, membuatnya jadi semakin sedih. Memahami pikirannya, Ayah tanya apakah Kade merindukan rumahnya. Dan seketika itu pula, tangis Kade pecah.

"Merindukan masa lalu, tidak akan mengubah apapun. Jangan tinggal di masa lalu. Demi apa? Lihatlah apa yang ada di depanmu, itu jauh lebih penting."

"Baik, paman."

Bersambung ke part 3

Download Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 10 - 2

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel