SINOPSIS Your Honor Episode 25 PART 2
Penulis Sinopsis: Cristal
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
Baca Juga
Joo Eun juga berada di studio yang sama dengan penyiar itu. Belum selesai berita disiarkan, Joo Eun sudah keluar dari studi.
Ponsel Joo Eun berdering. “Ya, Direktur,” sapanya.
Joo Eun mendatangi ruangan direktur. Direktur meletakkan sebuah amplop dengan kasar ke atas meja. “Bukalah,” ujarnya.
Joo Eun membuka amplop berisi beberapa voucher 100 dollar. Ia tidak mengerti maksud voucher itu. “Itu dari Kepala Direktur. Kirimlah pesan padanya untuk berterima kasih,” kata Direktur. Joo Eun bertanya apa itu uang pesangonnya.
“Teruskan posisimu,” kata Direktur. Joo Eun bertanya kenapa Direktur melakukan itu. “Kami menerima keluhan karena ketidakhadiranmu. ‘Kalian memecat dia karena mengkritik lembaga media lain?’ ‘Aku akan mengajukan petisi ke Rumah Biru.’ Mereka mengancam akan mengunggah pesan untuk memanggil Presiden.”
Direktur bilang Presiden terus menerima panggilan sepanjang hari. Ia heran karena para netizen sangat getol. Ia bilang Joo Eun bukan mendapatkan pekerjaannya kembali karena keluhan itu, tetapi karena Joo Eun sedang tren di internet.
Joo Eun menahan senyumnya. Direktur bertanya apa Joo Eun memahami perkatannya tadi. Ia bilang pemirsa ingin melihat Joo Eun, bukan berita yang dibawakannya.
“Kami menempatkanmu kembali karena kau akan menghasilkan uang. Itulah sifat bisnis,” kata Direktur. Joo Eun tahu kalau Direktur ingin ia berbisnis dengan baik. “Jika tidak bisa, bersiaplah melepaskan lencanamu.”
Joo Eun memutuskan untuk menerima amplop itu. “Akan kuhasilkan uang untuk perusahaan kita,” ujarnya.
Di Kantor Firma Odaeyang milik ayah Sang Cheol, Ho Sung bertepuk tangan untuk menyindir mereka semua. Ia bahkan menampar keras wajah para staf termasuk staf perempuan.
Ho Sung tidak menampar Sang Cheol, tetapi hanya menyentuh wajahnya saja. “Tadinya aku benar-benar menyukaimu. Apa yang terjadi? Apa-apaan ini?” kata Ho Sung kecewa dan marah.
Ho Sung bertanya apa ia sudah membuat kesal Sang Cheol sehingga mendapat perlakuan seperti itu. Ia berkata pada Jung Soo, “Kau! Aku tidak akan diselidiki. Tidak, aku tidak bisa. Aku akan menggunakan semua kekuasaan yang kumiliki dan membuatmu bekerja di pedesaan, lalu mencopotmu dari jabatanmu.”
“Kurasa semuanya kacau karena anakku tidak mampu,” kata Tuan Oh, ayah Sang Cheol. Sang Cheol agaknya sudah terbiasa mendengar ketidakpuasan ayahnya terhadap dirinya. “Mari bicara empat mata.”
Ho Sung bilang ia tidak butuh bantuan Tuan Oh. “Jangan berani bermimpi bekerja dengan Grup Osung lagi,” ujarnya. Tuan Oh bilang itu urusannya dengan ayah Ho Sung.
Ho Sung bilang ayahnya tidak akan hidup selamanya. “Tapi tidak ada jaminan kau akan mewarisi jabatan pimpinan. Jika kau gegabah dalam mengurus masalah ini, bukankah adikmu, Lee Ho Jun, yang akan memimpin,” kata Tuan Oh.
Perkataan itu membuat Ho Sung semakin kesal, tapi ia tahu kalau itu ada benarnya. Ia berusaha menenangkan dirinya dengan duduk.
“Choi Min Gook membayar narkoba itu dengan cek bank. Katakan saja bahwa dia yang melakukan kejahatan,” kata Tuan Oh. Ho Sung tampak mempertimbangkannya. Tuan Oh lalu berkata pada Sang Cheol, “Kau tidak berhak berada di sini. Keluar.”
Sang Cheol dan keempat stafnya pergi. “Aku juga ingin kau meninggalkan kami berdua,” kata Tuan Oh pada Jung Soo. Jung Soo pun pergi.
Di ruangan lain, Sang Cheol menyarankan agar Jung Soo juga mengundurkan diri setelah bekerja dengan sangat baik. “Kau setidaknya harus menjadi Kepala Jaksa untuk mendapat bantuan saat membuka Kantor Hukum,” lanjutnya,
Jung Soo kesal karena diejek oleh seorang pengacara, padahal ia seorang pengacara. Sang Cheol bertanya apa itu jaksa. “Apa?” tanya Jung Soo.
Sang Cheol: “Apa itu jaksa?”
Jung Soo: “Kau sudah gila.”
Sang Cheol: “Apa itu jaksa, Jung Soo? Kekuasaan! Meski jaksa berhati-hati di sekitar pemerintahan dan melindungi konglomerat, yang menyerang pemerintahan dan konglomerat adalah jaksa.”
Jung Soo tersenyum licik. “Jangan menyerah. Kau adalah penguasa negara ini,” lanjut Sang Cheol. Jung Soo bertanya apakah Sang Cheol sedang menghibur, menyemangatinya, atau malah mengejeknya. “Bahkan konglomerat besar hanya pedagang keliling untukku. Akankah aku bermain-main setelah ditampar oleh pedagang keliling rendahan?”
Jung Soo bertanya apa yang membuat Sang Cheol memberanikan diri. “Tinggalkan Osung dan dukunglah Hanyoung,” kata Sang Cheol. Jung Soo bertanya apakah Sang Cheol punya koneksi di Hanyoung. “Aku akan mengatur pertemuan. Kau harus menangani kasus ini.”
Jung Soo menyimpulkan kalau Sang Cheol ingin ia bertaruh antara mengikuti arus atau tinggal di pedesaan.
“Aku memegang kekuasaan. Kita tidak boleh kalah,” kata Sang Cheol. Jung Soo tampak memikrikan rencana Sang Cheol.
Sementara itu di restoran Hong Ran, So Eun memberikan amplop berisi uang kepada Ma Ryong. “Astaga. Sedikit sekali. Keadaan cukup sulit di bidangmu, bukan?” kata Ma Ryong.
So Eun bilang ia masih seorang pemagang. Ma Ryong bilang saat menjadi hakim dan berpenghasilan besar, So Eun akan merasa senang.
Ma Ryong mengembalikan amplopnya dan berkata, “Gunakan ini untuk membeli es krim di perjalanan pulang.” So Eun meminta Ma Ryong menerima amplopnya. “Kau menarik dakwaan sebagai ganti menemukan kakakmu. Jadi kita impas. Kenapa kau terus berusaha membayarku?”
So Eun: “Anggaplah sebagai rasa terima kasih kecilku.”
Ma Ryong: “Walaupun kecil, nantinya bisa menjadi kebodohan besar. Ancaman selalu ampuh di dunia ini. Aku berusaha mengajarimu, tapi…”
Ma Ryong menyodorkan lagi amplopnya dan kali ini So Eun mengambilnya. “Baiklah. Anda tahu tenggat waktu yang dijanjikan sudah dekat, bukan? Jika Anda ingkar janji lagi, aku akan melaporkan kembali atas penipuan,” kata So Eun.
Ma Ryong tertawa. So Eun bilang ia sudah menyiapkan dokumennya dan tinggal menyerahkannya saja. Ma Ryong bilang setelah menarik laporan, So Eun tidak bisa melaporkan kasus serupa lagi. “Itulah hukum. Pikirkan dengan siapa kau bicara. Kau seharusnya tahu ancaman tidak menakutiku,” kata Ma Ryong.
So Eun: “Anda mencari kakakku, kan?”
Ma Ryong: “Kau harus percaya demi mendapatkan kehidupan abadi.”
So Eun: “Tepatilah janji Anda.”
Ma Ryong: “Jika menemukannya, kau akan membuka kembali sidang itu?”
So Eun mengangguk. Ia berencana meminta sidang ulang dan berjuang hingga akhir. “Kau tidak pernah diadili, bukan?” tebak Ma Ryong. So Eun bilang ia tidak pernah diadili. Ia bertanya kenapa Ma Ryong menanyakan hal itu.
“Itulah kehidupan. Daripada menghukum yang bersalah, lebih penting mencegah orang tidak bersalah tersakiti,” kata Ma Ryong membuat So Eun termenung. Ma Ryong lalu pergi karena ada pelanggan datang.
Saat berada di area parkir apartemennya, dua orang mengikuti Kang Ho. Kang Ho menoleh dan mereka memberi salam. “Kami akan mengantar Anda, Yang Mulia,” kata salah satunya.
Kang Ho dibawa ke sebuah mobil untuk menemui Tuan Choi dari Grup Hanyoung. Tuan Choi bilang ia sudah menghancurkan kamera dashboard dan bertanya apa Kang Ho ingin memeriksanya. “Tidak perlu. Kami mempercayai orang. Kita harus percaya demi mendapatkan kehidupan abadi,” kata Kang Ho seperti yang dikatakan Ma Ryong pada So Eun.
Tuan Choi bilang ia menyaksikan berita sidangnya. Karena rumor berkembang cepat, pihaknya berhasil mendapatkan kontraknya. “Aku ingin berterima kasih dengan segenap hati,” ujarnya.
Tuan Choi mengambil sebuah koper dan berkata, “Seharusnya aku memberikan ini setelah vonis bersalah, tapi karena kau berhasil mencoreng citranya dengan menyebutkan ‘pesta narkoba’, itu kurang lebih sama dengan vonis bersalah.”
Tuan Choi membuka koper yang berisi banyak uang itu. Ia merasa senangnya karena bisa membangun hubungan yang sangat baik dengan Kang Ho. Kang Ho terlihat terkejut.
Kang Ho lalu tertawa. “Yang benar saja. Aku melakukan semuanya untuk ini. Anda tahu betapa sulitnya hidupku selama beberapa bulan terakhir?” kata Kang Ho. Tuan Choi bilang ia tidak akan bisa memahami pertimbangan dan renungan yang mendalam.
Kang Ho: “Tidak mungkin. Ini benar-benar sejuta dollar?”
Tuan Choi: “Ya. Akan kumasukkan ke mobilmu jika kau memberikan kuncinya.”
Kang Ho: “Tidak. Aku ingin lebih menikmatinya.”
Kang Ho mengambil koper itu dan memegang uangnya. “Sejuta dollar. Sekaligus. Menjadi hakim itu menyenangkan,” gumamnya. Tuan Choi heran dengan sikap Kang Ho. “Uang! Sejuta dollar! Matilah kalian semua! Aku mendapatkan sejuta dollar!”
Tuan Choi menertawai sikap Kang Ho itu.
Tidak jauh dari sana, Jae Hyung memperhatikan mereka.