SINOPSIS Your Honor Episode 30 PART 1

Download SINOPSIS Your Honor Episode 30 PART 1 Now!


Penulis Sinopsis: Cristal
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com

Baca Juga

So Eun dan beberapa pelamar lain berisiap untuk wawancara posisi Peneliti Yudisial. Semua orang tampak sibuk membaca.


“Berikutnya nomor 17. Nona Song So Eun, silakan masuk,” kata Eun Jung yang sedang bertugas memanggil para pelamar. So Eun berdiri dari kursinya “Semoga berhasil.” Eu Jung mengantarnya masuk ke ruang wawancara.


“Berdasarkan laporan yang ditetapkan, saat terdakwa masih menjadi korban, dan jika petugas Kepolisian yang menulis laporan hadir di hari persidangan dan bersaksi bahwa dia telah menerima pernyataan terdakwa, bisakah Anda mengizinkan ini sebagai bukti?” tanya salah satu pewawancara.


So Eun mengatakan bahwa laporan penyelidikan terdakwa yang petugas Kepolisian itu tulis hanya bisa diserahkan sebagai bukti saat terdakwa mengakui bahwa pernyataan itu benar.


“Menurut jawaban Anda, jika terdakwa tidak setuju menggunakan laporan penyelidikan yang petugas Kepolisian itu tulis, laporan penyelidikan itu tidak dapat diterima di pengadilan, meskipun petugas yang menyelidiki terdakwa bersaksi,” kata pria tadi.


So Eun: “Itu tidak benar. Ini mungkin terlihat bertentangan dengan preseden sebelumnya, tapi jika terdakwa menolak tuduhan itu di pengadilan…”
Pria: “Berikan jawaban yang singkat. Uraikan kenapa jawaban saya keliru.”


So Eun tampak berpikir, lalu memberikan jawabannya. “Laporan penyelidikan itu tidak bisa diserahkan sebagai bukti, tapi pernyataan tentang pengalaman pribadi petugas selama penyelidikan bisa diserahkan di pengadilan sebagai bukti.”


“Baiklah,” kata pria itu yang terlihat puas dengan jawaban So Eun itu.


Di luar, Eun Jung mengatakan bahwa So Eunterdengar luar biasa, walaupun ia tidak memahami apa yang dibicarakan tadi. So Eun tersenyum. Eun Jung lalu mempersilakan So Eun pergi ke ruangan wawancara berikutnya.


So Eun akan menjalani wawancara kepribadian. Sama seperti sebelumnya, para pelamar sibuk membaca untuk menyiapkan dirinya.


Salah satu pewawancara bertanya apakah So Eun pernah merasa bahwa hukum itu sulit. So Eun bilang suatu hari setelah ujian, ia memutuskan untuk menonton film. Ia menonton film tentang dunia tanpa hukum atau film tentang hukum yang bahkan mengambil alih emosi mereka.


“Saya penasaran kenapa tanpa hukum, kita akan berada dalam dystopia, dan kenapa dengan hukum ekstrim, kita tetap dalam dystopia. Gagasan bahwa masyarakat diatur melalui keberadaannya, membuat saya merasa hukum itu sulit,” kata So Eun.


“Itu cukup kompleks,” kata pewawancara itu sambil tersenyum. So Eun balas tersenyum. “Saya akan mengajukan satu pertanyaan terakhir. Jika hukum terpaksa difungsikan untuk satu hal, lebih baik untuk regulasi atau nilai masyarakat? Bagaimana menurut Anda?”


“Jika hukum terpaksa difungsikan untuk satu hal, saya yakin itu sebaiknya untuk kita,” kata So Eun dengan percaya diri.


So Eun melangkah keluar dari ruang wawancara dengan senyum bahagia.


Malam harinya, Soo Ho mendengar suara bel di pintu dan melihat yang datang adalah ibunya. Di dalam apartemen terlihat banyak buku yang ditumpuk di atas kardus. Ia menghela napas.


Soo Ho lalu membukakan pintu untuk ibunya dan bertanya kenapa datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. “Ada apa dengan kalian? Ibu menyuruh kalian menemui ibu akhir pekan ini,” kata ibu lalu masuk.


Soo Ho bilang ia sedang beres-beres. Ibu bertanya apa Soo Ho sudah memutuskan apa yang selanjutnya akan dilakukan. Soo Ho bilang ia akan mengurusnya sendiri.


“Setelah menikah, ibu kira tidak akan ada masalah lagi. Dengan mengirim Kang Ho sebagai anak adopsi kepada kerabat kita, ibu kira ibu harus mengikhlaskannya karena itu keputusan kakek dan nenekmu. Bukan berarti ibu benar-benar memberikan dia kepada seseorang,” kata ibu.


Ibu juga bilang bahwa apapun yang terjadi, faktanya Kang Ho adalah putranya. Soo Ho yakin suatu saat Kang Ho akan mengerti. “Ibu sangat berterima kasih pada kalian. Apa yang ibu lakukan sehingga mendapat anak seperti kalian? Terima kasih telah datang ke dalam kehidupan ibu. Ibu bersyukur dan akan terus bersyukur,” kata ibu.


Soo Ho menatap ibunya. “Yang satu penuh dengan kemarahan dan labil, dan yang lainnya terlalu peduli dan terlalu tersakiti. Begitulah menurut ibu,” lanjut ibunya.


“Ibu pasti lelah. Ibu sebaiknya tidur,” kata Soo Ho. Ibu meminta maaf karena telah membesarkan Soo Ho dengan tidak benar. Ia merasa tidak cukup baik untuk kedua putranya. “Aku merelakak karirku sebagai hakim dan kini aku tidak cukup baik.”


“Ibu selalu dipenuhi dengan kemarahan, sehingga kau dan Kang Ho bukanlah sepenuhnya manusia. Ibu seharusnya tidak terlalu bahagia saat kau datang lebih dahulu. Ada tempat kedua, kesepuluh, bahkan tempat terakhir di dunia ini. Ibu seharusnya mengajarimu hal itu,” kata ibu.


Ibu berpesan agar Soo Ho hidup dengan tulus dan bersikap tulus kepada orang lain, begitu juga pada dunia ini. “Mengerti? Ibu pamit.” Soo Ho memanggil ibunya.


Ibu bilang ia baik-baik saja dan ia datang hanya untuk menyampaikan hal tadi. Ia mengusap lengan Soo Ho. “Sampai jumpa di Hari Pengucapan Syukur,” kata ibu.


Ibu melarang Soo Ho mengantarnya keluar. “Aku akan mengantar ibu pulang,” kata Soo Ho. Ibu menolak dan menutup pintunya.


Ibu berjalan menuju lift.


Soo Ho yang sebelumnya ragu, akhirnya membuka pintunya. Tapi, ibu sudah pergi. Ia menangis.


Joo Eun sedang mengisi formulir untuk pelatihan di luar negeri. Seorang rekannya datang dan bertanya apakah Joo Eun juga akan melamar. So Eun memberi salam kepada rekan seniornya itu.


“Kau melamar ke Jerman, bukan?” tanya rekannya. Joo Eun mengangguk. “Kali ini, tim ruang berita dan drama diutamakan. Entah apa kita akan mendapat peluang.”


Joo Eun: ““Kita? Sunbaenim juga melamar?”
Rekan: “Tentu saja. Itu peluang bagus. Tapi tidakkah terlalu dini bagimu untuk mendaftar?”
Joo Eun: “Aku bertanya kepada direktur dan diminta untuk turut serta.”


Rekannya menduga direktur tidak menyukai Joo Eun. Joo Eun menanyakan alasannya. “Masa jabat direktur tinggal setahun lagi. Dia akan terus bertemu denganmu jika mempertahankanmu, tapi sayangnya dia menyingkirkanmu. Tapi mengirimmu ke luar negeri akan memudahkan sisa masa jabatannya. Tidak akan ada yang menentangnya lagi,” kata rekannya.


Joo Eun tersenyum dan bilang kalau ia tidak pernah menentang direktur. Ia bilang ia selalu sopan dan direktur hanya salah paham. Rekannya bertanya bagaimana pendapat orang tua Joo Eun tentang hal itu.


Joo Eun bilang orang tuanya juga berpikir bahwa itu peluang yang bagus. “Bagaimana dengan pacarmu?” tanya rekannya. Joo Eun bilang ia tidak punya pacar.


“Kau ragu-ragu,” goda rekannya lalu tertawa. “Kau sebaiknya mendiskusikan ini lebih dulu. Kau mau mengakhirinya, mengajaknya, atau memintanya menunggu. Kalian ahrus berdiskusi dengan semestinya.”


Joo Eun: “Aku tidak punya pacar.”
Rekan: “Lihat? Kau ragu-ragu lagi. Jangan asal melamar, aku takut akan gagal lagi.”


Setelah rekannya pergi, Joo Eun melihat kembali formulir yang sedang diisinya. Ia lalu melihat fotonya bersama Soo Ho di ponsel.



Download SINOPSIS Your Honor Episode 30 PART 1

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel